Wednesday 25 January 2017

Melatih Guru di Sekolah Pedalaman Yahukimo

View Article
Yahukimo.
“Yang paling sulit bagi kami adalah mendidik anak yang minat sekolahnya tidak ada. Orangtuanya tidak peduli apakah anaknya sekolah atau tidak. Ada kalanya anak diajak orangtuanya pergi ke kebun dalam waktu yang lama dan tentu saja membuat si anak tidak sekolah,” demikian kata seorang mantri kesehatan dari Distrik (kecamatan) Ninia, Yahukimo yang dilatih Yayasan Sosial untuk Masyarakat Tertinggal (Yasumat) menjadi seorang pengajar.

Yasumat terpaksa meminta mantri kesehatan ini mengajar di sekolah mitranya yang telah ditinggalkan oleh guru yang seharusnya mengajar. “Kami melatih bukan saja mantri atau polisi untuk mengajar, sebagian besar guru pendamping yang kami rekrut adalah sukarelawan yang hanya berpendidikan formal sampai SMP,” imbuh Ibu Ester Magho Naga, Direktur Yasumat yang menjadi mitra USAID PRIORITAS dalam mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan di Yahukimo Papua.

Sebagian besar wilayah Yahukimo adalah pegunungan yang hanya dapat diakses dengan menggunakan pesawat kecil atau berjalan kaki dalam waktu yang cukup lama. Dari empat suku besar di Yahukimo, hanya suku Momuna saja yang relatif menempati daerah dataran, sedangkan suku Yali, Hubla, dan Kimya berada di pegunungan yang sulit dijangkau.

“Masyarakat Yahukimo setiap hari menggunakan bahasa sukunya masing-masing, jadi sangat sulit mengerti bagi anak-anak untuk mengerti apabila guru mengajar dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia,” demikian alasan Ibu Ester memilih menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang dikembangkan YKW untuk menyiasati cara mengajar yang dianggap efektif bagi guru di sekolah pedalaman.
Manfaatkan Guru Pendamping

Yasumat melalui tim guru pendamping melatih para guru baik PNS, honorer, dan sukarelawan yang betah berada di sekolah pedalaman. Secara perlahan tim pelatih membimbing menggunakan BPKP dalam pembelajaran. “Kita tahu mereka sebenarnya bukan guru, jadi harus diberikan bimbingan secara perlahan agar mereka dapat memahami betul setiap bahasan dalam setiap RPP isi buku itu,” demikian penjelasan Ibu Antonieta, koordinator Pelatihan Guru Yasumat. Target pelatihan difokuskan pada pemahaman dan kemampuan para guru menggunakan BPKP dalam pembelajaran dan bukan pada target lamanya hari  pelatihan.

http://www.prioritaspendidikan.org/id/post/294/melatih-guru-di-sekolah-pedalaman-yahukimo

Upaya Meningkatkan Komptensi Guru Melalui Pendidikan Dan Pelatihan

View Article
Problems in education system still not completed until now, because of the competence of teachers. The Government has attempted in various ways to improve the competence of teachers, the ways which are taken, monitoring and evaluation to the college that the teachers come from. Besides, the government also improve the welfare of teachers through the provision of certification allowances for teachers, but these methods have not got optimal results yet.
Another alternative is to increase the competence of education and training at the training and education institution provided by the government. Education and training are processes that will result in changing behavior, knowledge and skills.
The goal is improving the knowledge, expertise, skills, and attitudes of employees to be able to carry out the task of a professional position that is based on personality and employee code of conduct.
Increased competence achieved through education and training in 2014 for regular training is 34.78%, while for training in the workplace is 13:57%, thus both types of training can improve the competency of teachersThus the existence of training and education institution is very important in order to develop human resources and to improve the competence of teachers, so that the educational goals will be achieved.
Keywords : boost , competence , education and training.
A. Latar Belakang
      Kualitas guru sampai saat ini tetap menjadi persoalan yang penting dan menjadi persoalan yang krusial oleh karena pada kenyataannya keberadaan guru di berbagai jenjang, dari taman kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas oleh sebagian kalangan dinilai jauh dari performa yang distandarkan. Seorang Yohanes Surya (pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia atau TOFI yang juga Guru Besar Universitas Pelita Harapan) pun melihatnya begitu. Demikian juga dengan pendapat Dodi Nandika (Kepala Balitbang Depdiknas), kualitas guru menjadi persoalan yang serius di negeri ini.
      Penilaian kedua tokoh itu tidaklah berlebihan. Hal itu didasarkan pada hasil tes Trend in International Mathematics and Science Study (TIM MSS)
      Tahun 2003, hasil tes itu menempatkan peserta didik Indonesia di peringkat 34 penguasaan matematika dan peringkat 36 penguasaan sains dari 48 negara yang disurvei. Peringkat itu jauh tertinggal dari negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Singapura berada di peringkat pertama, baik matematika maupun sains, Malaysia peringkat 10 bidang matematika dan peringkat 20 bidang Sains (Republika, 24 Desember 2004).
      Rendahnya kemampuan anak didik pada mata pelajaran matematika dan sains memang tidak terlepas dari kemampuan/ kualitas guru dalam mengajar peserta didiknya, dan minimnya ketersediaan sumber-sumber belajar. Keadaan yang demikian itu sudah barang tentu sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Akibat lebih jauh, lulusan dari berbagai jenjang pendidikan tidak memenuhi harapan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah, misalnya dengan penataran, pembekalan, seminar, diskusi, sampai penelitian yang intinya bertujuan meningkatkan kualitas guru.
      Dalam lingkup yang lebih sempit, guru juga menghadapi persoalan yang klasik tersebut, yaitu ada sebagian guru kompetensi mengajarnya belum memenuhi tuntutan yang semestinya. Menguasai materi yang diajarkan saja tidaklah cukup. Ia harus dapat menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik. Makna “dengan baik” di sini sudah  inheren di dalamnya, bicara jelas; pemilihan metode yang tepat; penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai; penggunaan media pembelajaran yang efektif; sampai pada penampilan fisiknya (gerak-gerik di kelas, mimik muka, ekspresi, dan sebagainya).
      Melalui tulisan ini akan disampaikan gagasan-gagasan yang mungkin dapat berguna untuk meningkatkan kompetensi dan pengembangan guru. Fokus tulisan ini diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:dapatkah meningkatkan kompetensi guru melalui pendidikan dan pelatihan?

http://bdksemarang.kemenag.go.id/upaya-meningkatkan-komptensi-guru-melalui-pendidikan-dan-pelatihan/